Alhamdulillah, Sholawat wa Salam kepada Nabi. Berkat rahmat Allah SWT saya bisa menyelesaikan terjemah kitab Tijan Ad-darori (تيجان الدراري) karangan guru besar As-Syaikh Ibrahim Al-Bajuri, pada hari Selasa, 08/05/2012 pukul 12:44 PM di Pondok Pesantren Mafazah Ad-Dimyatiyah, Bandung Barat. Meski didalamnya banyak kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna, namun saya berharap apa yang saya lakukan ini berada dalam keberkahan Allah SWT dan bisa menjadi kemanfaatan bagi sektor-sektor kebaikan khususnya dikalangan santri pemula seperti saya dan umumnya bagi kaum muslimin muslimat. Amin.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
{بسم الله الرحمن الرحيم}
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على رسول الله صلى الله عليه و سلم (وبعد)
Berkatalah seseorang yang faqir dari rahmat
tuhannya Yang Maha Waspada serta Maha Melihat, Ibrohim Al-bajuri pemilik sifat
lalai.
Telah meminta beberapa dari saudara-saudaraku
(semoga Allah memberi kelayakan keadaan dan perilaku padaku dan pada mereka)
supaya aku menuliskan untuk mereka sebuah risalah/kitab kecil yang isinya
melingkupi atas sifat-sifat ketuhanan dan sifat kontradiksi/lawan-lawannya
serta sifat yang boleh ada dalam haq Allah Ta’ala. Juga atas sifat yang
wajib dalam haq para Rasul, dan yang mustahil dalam haq para Rasul, serta
yang boleh. Maka aku mengabulkan permintaan mereka kemudian aku berkata “وبالله التوفيق”
Wajib kepada setiap mukallaf/muslim yang
baligh lagi berakal untuk mengetahui perkara yang wajib dalam haq Allah Ta’ala
dan perkara yang mustahil, serta perkara yang boleh ada.
http//www.rifyal156.co.cc/
Maka wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
Al-Wujud/ada (الوجود). Lawannya yaitu sifat Al-‘Adam/tiada (العدم). Dan
dalil atas Allah Ta’ala itu ada yaitu adanya semua ciptaan (alam
semesta beserta isinya baik yang nyata maupun yang ghaib dsb)
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
Al-Qidam/terdahulu (القدم). Artinya yaitu tiada permulaan bagi Allah Ta’ala. Lawannya yaitu
sifat Al-Hudust/baru (الحدوث). Dan dalil atas Allah Ta’ala terdahulu yaitu: jikalau adanya Allah
merupakan sesuatu yang baru, maka tentu Allah membutuhkan terhadap pembaharu.
Dan itu mustahil.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
Al-Baqa/kekal (البقاء). Artinya sesungguhnya Allah Ta’ala tiada akhirnya. Dan dalil atas
kekalnya Allah Ta’ala yaitu: jikalau adanya Allah merupakan sesuatu
yang Al-Fana/rusak, maka tentu Allah merupakan sesuatu yang baru. Dan itu
mustahil.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
mukholafah lil hawadisi/berbeda dengan makhluk (مخالفة للحوادث).
Artinya sesungguhnya Allah Ta’ala tiada serupa dengan para makhluk. Bagi-Nya
tiada tangan, tiada mata, tiada telinga, dan tiada yang lainnya dari
sifat-sifat para makhluk. Lawannya yaitu sifat Al-mumatsalah/serupa (المماثلة).
Dan dalil atas berbedanya Allah Ta’ala dengan makhluk yaitu: sesungguhnya
jikalau adanya Allah merupakan sesuatu yang serupa dengan makhluk, maka
tentu Allah merupakan sesuatu yang baru. Dan itu mustahil.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
Al-Qiyaam bi al-nafs/berdiri sendiri (القيام بالنفس). Artinya
sesungguhnnya Allah Ta’ala tidak membutuhkan pada tempat dan tidak juga
terhadap yang menentukan. Lawannya yaitu sifat Al-Ihtiyaj ila Al-Mahal wa
Al-Mukhoshis/membutuhkan pada tempat dan penentu (الإحتياج الى المحل والمخصص
). Dan dalil atas Allah Ta’ala berdiri sendiri yaitu: sesungguhnya
jikalau Alloh Ta’ala membutuhkan pada tempat maka keadaan Allah merupakan
sifat. Dan keadaan Allah merupakan sifat itu mustahil. Dan jikalau adanya Allah
membutuhkan terhadap yang menentukan, maka tentu Allah merupakan sesuatu yang
baru. Dan keadaan Allah merupakan sesuatu yang baru itu mustahil.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
Al-Wahdaniat/tunggal (الوحدانية) dalam dzat-Nya, dan dalam sifat-sifat-Nya, dan dalam perbuatan-perbuatan-Nya.
Dan arti tunggal dalam dzat-NYa yaitu, sesungguhnya Allah tidak tersusun dari
bagian-bagian yang berbilang. Dan arti tunggal dalam sifat-sifat-Nya yaitu,
sesungguhnya tiada dua sifat atau lebih pada Allah dari satu jenis sifat seperi
adanya dua kekuasaan. Begitupun pada yang lain tiada satu sifat pun yang
menyerupai terhadap sifat Allah Ta’ala. Dan arti tunggal dalam
perbuatan-perbuatan-Nya, yaitu tiada bagi yang lain suatu perbuatan dari
sebagian perbuatan-perbuatan Allah. Lawannya yaitu sifat At-Ta’addud/berbilang
(التعدد). Dan dalil atas tunggalnya Allah Ta’ala yaitu: sesungguhnya
jikalau adanya Allah merupakan sesuatu yang banyak/berbilang, maka tidak
akan dijumpai sesuatu pun dari ciptaan-ciptaan-Nya.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
Al-Qudrat/berkuasa (القدرة). Yaitu suatu sifat tedahulu yang menetap pada Dzat Allah Ta’ala yang
dengannya Allah mewujudkan dan meniadakan. Lawannya yaitu sifat Al-Ajz/lemah (العجز).
Dan dalil atas Allah Ta’ala berkuasa yaitu: sesungguhnya jikalau keadaan
Allah lemah, maka tidak akan dijumpai sesuatu pun dari ciptaan-ciptaan-Nya.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
Al-Iradat/berkehendak (الإرادة). Yaitu suatu sifat tedahulu yang menetap pada Dzat Allah Ta’ala yang
dengannya Allah menentukan kemungkinan keadaan atau ketiadaan, atau kaya atau
miskin, atau pengetaguan atau kebodohaan, dan lain sebagainya. Lawannya yaitu
sifat Al-karohah/terpaksa/tiada berkehendak (الكراهة). Dan
dalil atas Allah Ta’ala berkehendak yaitu: sesungguhnya jikalau adanya Allah
terpaksa/tiada berkehendak, maka tentulah Allah lemah. Dan keadaan Allah lemah
itu mustahil.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
Al-ilmu/tahu (العلم). Yaitu suatu sifat tedahulu yang menetap pada Dzat Allah Ta’ala yang
dengannya Allah mengetahui setiap perkara. Lawannya yaitu sifat Al-jahl/bodoh (الجهل).
Dan dalil atas Allah Ta’ala tahu yaitu: sesungguhnya jikalau adanya Allah
bodoh, maka tidaklah Allah merupakan yang berkehendak. Dan itu mustahil.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
Al-Hayat/hidup (الحياة). Yaitu suatu sifat tedahulu yang menetap pada Dzat Allah Ta’ala yang
membenarkan kepada Allah atas adanya sifat Al-ilmu dan sifat-sifat lainnya.
Lawannya yaitu sifat Al-Maut/mati (الموت). Dan dalil atas Allah
Ta’ala hidup yaitu: sesungguhnya jikalau adanya Allah mati, maka tidaklah Allah
merupakan dzat yang berkuasa, tidak pula yang berkehendak, tidak pula yang
berpengetahuan. Dan itu mustahil.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
As-Sama’/mendengar (السمع) dan Al-Bashor/ melihat (البصر). Yaitu dua sifat tedahulu yang keduanya menetap pada Dzat Allah
Ta’ala yang dengannya tersingkap perwujudan. Lawannya yaitu sifat
As-Shomam/tuli (الصمم) dan Al-Umy/buta (العمي). Dan dalil atas Allah Ta’ala mendengar dan melihat yaitu firman
Allah Ta’ala: "وهو السميع البصير"
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
Al-Kalam/berfirman (الكلام). Yaitu suatu sifat tedahulu yang menetap pada Dzat Allah Ta’ala. Dan
fiman ini bukanlah dengan huruf dan bukan dengan suara. Lawannya yaitu sifat
Al-Bukm yaitu Al-hirsy/bisu (البكم). Dan dalil atas Allah Ta’ala tahu yaitu firman Allah Ta’ala:
"و كلم الله موسى تكليما"
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
kaunuhu qadiran/adanya Allah berkuasa (كونه قادرا).Lawannya
yaitu sifat kaunuhu ajizan/ adanya Allah yang lemah (كونه عاجزا).
Dan dalil atas adanya Allah Ta’ala itu yang berkuasa yaitu dalil sifat
Al-Qudrat.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
kaunuhu muridan/adanya Allah yang berkehendak (كونه مريدا).Lawannya
yaitu sifat kaunuhu karihan/adanya Allah yang terpaksa (كونه كارها).
Dan dalil atas adanya Allah Ta’ala yang berkehendak yaitu dalil sifat
Al-iradat.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
kaunuhu aliman/adanya Allah yang mengetahui (كونه عالما).
Lawannya yaitu sifat kaunuhu jahilan/adanya Allah yang bodoh (كونه جاهلا).
Dan dalil atas adanya Allah Ta’ala yang mengetahui yaitu dalil sifat
Al-‘ilmu.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
kaunuhu hayyan/adanya Allah yang hidup (كونه حيا). Lawannya
yaitu sifat kaunuhu mayyitan/adanya Allah yang mati (كونه ميتا).
Dan dalil atas adanya Allah Ta’ala yang hidup yaitu dalil sifat Al-hayyat.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
kaunuhu samii’an/adanya Allah yang mendengar (كونه سميعا)
dan bashiiran/adanya Allah yang melihat (كونه بصيرا). Lawannya
yaitu sifat kaunuhu ashoma/adanya Allah yang tuli (كونه أصم) dan
kaunuhu a’ma/adanya Allah yang buta (كونه اعمى). Dan dalil
atas adanya Allah Ta’ala yang mendengar dan melihat yaitu dalil sifat
As-sama’ dan dalil sifat Al-Bashor.
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala, sifat
kaunuhu mutakalliman/adanya Allah yang berfirman (كونه متكلما).
Lawannya yaitu sifat kaunuhu abkama/adanya Allah yang bisu (كونه ابكم).
Dan dalil atas adanya Allah Ta’ala yang berrfirman yaitu: dalil sifat Al-kalam.
Dan ja’iz/ boleh (الجائز) dalam haq
Allah Ta’ala melakukan setiap yang mungkin atau membiarkannya. Dalil atas ini
yaitu sesungguhnya jikalau wajib atas Allah SWT melakukan sesuatu atau
membiarkannya niscaya ja’iz tersebut menjadi wajib atau mustahil. Dan itu
mustahil.
http//www.rifyal156.co.cc/
Dan wajib dalam haq para Rasul Alaihi sholatu
wa ssalam sifat As-Shiddiq/ benar (الصديق). Dan lawannya yaitu sifat
Al-kidzb/ bohong (الكذب). Dan dalil atas ini yaitu sesungguhnya jikalau mereka para Rasul
berbohong niscaya adanya berita Allah Ta’ala itu bohong. Dan itu mustahil.
Dan wajib dalam haq para Rasul Alaihi sholatu
wa ssalam sifat Al-Amanah/ terpercaya (الأمانة). Dan lawannya yaitu sifat
Al-khiayanat/ berhianat (الخيانة). Dan dalil atas ini yaitu sesungguhnya jikalau mereka para Rasul
berhianat dengan berbuat yang diharamkan atau dimakruhkan niscaya kita semua
itu diperintah dengan seumpama itu. Dan tidak benar bahwa kita diperintah
terhadap yang diharamkan atau dimakruhkam.
Dan wajib dalam haq para Rasul Alaihi sholatu
wa ssalam sifat Tablig/ menyampaikan perkara yang telah diperintahkan terhadap
mereka untuk menyampaikannya kepada makhluk (تبليغ). Dan
lawannya yaitu sifat kitman/ menutup-nutupi (كتمان). Dan dalil
atas ini yaitu sesungguhnya jikalau mereka para Rasul menutup-nutupi suatu
perkara yang telah diperintahkan terhadap mereka untuk disampaikan, niscaya
adanya kita diperintah untuk menyembunyikan ilu. Dan tidak benar kita
diperintah untuk itu. Karena sesungguhnya orang yang menutup-nutupi pengetahuan
itu dilaknat.
Dan wajib dalam haq para Rasul Alaihi sholatu
wa ssalam sifat Al-fathonah/ cerdas (الفطانة). Dan lawannya yaitu sifat
Al-biladah/ bodoh (البلادة). Dan dalil atas ini yaitu sesungguhnya jikalau mereka para Rasul
tiada kecerdasan nicacaya mereka tidak berkuasa membuat hujjah terhadap para
lawan/musuh. Dan itu mustahil. Karena Al-Qur’an menunjukan dalam banyak tempat
atas menegakannya para Rasul terhadap hujjah kepada lawan/musuh.
Dan jaiz/boleh dalam haq para Rasul Alaihi
sholatu wa ssalam sifat Al-a’rod Al-Basyariyah/ nampak manusiawi (الأعراض البشرية)
yang tidak menimbulkan kekurangan pada martabat mereka yang luhur seperti sakit
dan seumpamanya. Dan dalil atas ini yaitu terbuktinya sifat penampakan
manusiawi pada mereka Alaihi sholatu wa ssalam.
http//www.rifyal156.co.cc/
(Penutup) wajib terhadap seseorang lelaki atau
perempuan untuk mengetahui nasab/silsilah Nabi SAW dari pihak ayahnya dan dari
pihak ibunya.
Adapun nasab Nabi SAW dari pihak ayahnya maka
dia, baginada kita semua Muhammad adalah putra Abdullah, yang putranya Abdul
Mutholib, yang putranya Hasyim, yang putranya Abdu Manaf, yang putranya Qushoy
, yang putranya Kilab, yang putranya Murroh, yang putranya Ka’ab, yang putranya
Lu-ay, yang putranya Ghalib, yang putranya Fihr, yang putranya Malik, yang
putranya Nadlir, yang putranya Kinanah, yang putranya Hujaimah, yang putranya
Mudrikah, yang putranya Ilyas, yang putranya Mudlor, yang putranya Nizar, yang
putranya Mu’ad, yang putranya Adnan. Dan tidak ada nasab/ silsilah sesudah
Adnan sampai Adam AS berdasarkan perjalanan shahih dalam penukilan.
Adapun nasab Nabi SAW dari pihak ibunya maka
dia, baginada kita semua Muhammad adalah putra Aminah, yang putrinya Wahab,
yang putranya Abdu Manaf, yang putranya Zuhroh, yang putranya Kilab. Maka
berkumpulah Aminah beserta Nabi SAW pada eyangnya Kilab.
Dan dari sebagian perkara yang wajib untuk
diketahui yaitu sesungguhnya Nabi memiliki Haudl/ danau. Dan sesungguhnya nabi
SAW akan memberi syafaat ketika dalam fashl Al-Qodlo (penghakiman yang akan
memisah manusia). Dan Syafaat ini dikhususkan kepada Nabi SAW.
Dan juga dari sebagian perkara yang wajib
yaitu harus mengetahui para Rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an secara
rinci/spesifik. Adapun selain para Rasul tersebut, maka wajib untuk seseorang
mengetahuinya secara global/keseluruhan. Dan sungguh telah menadhomkan sebagian
ulama untuk nabi-nabi yang wajib mengetahuinya secara rinci. Maka mereka
berkata:
حَتْمٌ عَلَى كُلِّ ذِي التَّكْلِيفِ مَعْرِفَةُ # بِأَنْبِيَاءٍ عَلَى التَّفْصِيلِ قَدْ عُلِمُوا
فِي تِلْكَ حُجَّتُنَا مِنْهُمْ ثَمَانِيَةٌ # مِنْ بَعْدِ عَشْرٍ وَيَبْقَى سَبْعَةٌ وَهُمُوا
إدْرِيسُ هُودٌ شُعَيْبٌ صَالِحٌ وَكَذَا ذُو الْكِفْلِ آدَم بِالْمُخْتَارِ قَدْ خُتِمُوا
“Mesti kepada setiap mukallaf mengenal
Nabi-Nabi secara rinci yang telah diketahui dalam hujjah kita. Sebagian mereka
ada 18 dan sisanya ada 7 yaitu Idris, Hud, Syuaib, Sholih, begitu juga
zulkifli, adam. Yang diakhiri oleh Al-Mukhtar Nabi Muhammad”
Dan juga dari sebagian perkara yang wajib
diyakini yaitu bahwa sesungguhnya kurun/masa Rasulullah adalah masa yang paling
unggul. Kemudian kurun sesudahnya, kemudian kurun sesudahnya lagi.
Dan seyogyanya bagi seseorang untuk mengenal
anak-anak Nabi SAW. dan mereka berdasarkan riwayat yang shahih yaitu Syaid
Al-Qasim, Syaidah zainab, Syaidah Ruqayah, Syaidah Fatimah, Syaidah Ummi
kulsum, Syaid Abdullah yang dijuluki At-Thoyyib dan At-Thohir, Syaid Ibrahim.
Dan mereka semua dilahirkan dari Syaidah Khodijah Al-Kubra Al-Ibrahim. Dan yang
dilahirkan dari Mariah yaitu Al-Qibthiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar